Januari 10, 2012

Pengakuanku

Minggu, 08 Januari 2012

“Dear diary”? Hmm, untuk yang satu itu aku kurang setuju. Lagipula aku ini laki-laki, apa kata dunia kalau aku mengucapkan kalimat mengerikan itu?
Jadi bagian itu akan kulewati!
Aku memulai cerita ini dengan prakata membosankan. Ya, selalu memulai segalanya melalui pendekatan bertele-tele. Tapi percayalah, kisahku ini seratus persen benar adanya. Pengalaman ini didasari atas kebodohanku akan hal yang kuanggap baru dan mengasyikkan.

Berawal dari kebencianku akan guru bahasa indonesia yang suka memojokkanku. Ia memberikan tugas kepada murid-muridnya berupa musikalisasi puisi. Puisi dijadikan sebuah lagu kreasi sendiri, sangat membebaniku yang saat itu masih kurang daya imajinasi. Kemudian sebuah pemikiran gila muncul.
Temanku menganjurkan agar kita membolos bersama. Saat itu kami sedang digandrungi demam Game On-line, jadi kegiatan membolos kami akan diisi dengan bermain sepuasnya di warnet. Ternyata ia juga membenci tugas itu! Setelah kupikir-pikir, ada benarnya juga perkatannya. Ia menganggap idenya barusan cuma gurauan. Tapi aku terlanjur menyetujui pendapat itu.
Akhirnya pada hari jum’at, kami berdua membelok ke jalan lain menuju warnet tempat kami menghabiskan waktu membolos.
Begitulah kesenangan semu itu berlarut dan tak dapat dihentikan sehingga dalam catatan presensi, kami telah membolos kurang lebih hampir sebulan! Namun kami tak jera juga, bahkan kami juga mengajak teman lain untuk mengikuti jejak hitam kami. berkali-kali peringatan dilontarkan dari guru BP, akan tetapi hiburan memabukkan itu telah menutup mata hatiku hingga membuat akal sehatku tumpul. Tak segan aku mencuri sejumlah uang dari orangtua dan entah berapa kali aku memakai mulut ini untuk membohongi mereka.
Kemudian datanglah hari itu!
Waktu itu hari rabu. Aku dan temanku kembali membolos dengan alasan malas mengikuti pelajaran tambahan di pagi hari. Mengetahui bahwa kami kembali absen, guru BP tak segan-segan menelepon orangtua kami, dan kebetulan yang dia telepon itu adalah orangtuaku! Karena takut ketahuan, apalagi guru kami tahu letak warnetnya, kami melancarkan aksi mengumpet. Butuh sekitar lima jam kami menyembunyikan diri. setelah memastikan bahwa mereka gagal, kami pun kembali melanjutkan aktivitas membolos kami.
Sekitar pukul dua belas lebih, aku pulang. Tiba-tiba ibuku melabrakku. Ternyata informasi salah sau temanku yang tadi masuk sekolah benar adanya. Ibuku baru saja mencariku di sekolah! Aku dimarahi habis-habisan, suara ibu sangat tegas dan tepat mengenai lubuk hatiku. Ketika ayah pulang, ibu menceritakan semuanya, segala perbuatan bodohku itu. Dan giliran ayahlah yang menasihatiku. Alangkah terkejutnya aku, melihat ayah yang cenderung menasihati penuh tanpa sedikitpun mengeluarkan aura marah atau benci. Ibuku pun sama, tajam di mulut tapi penuh perhatian di dalam hati.
Beberapa hari setelah itu, kedua orangtuaku bersikap seperti biasa. Mereka telah melupakan bahwa anaknya telah mencoreng muka keluarga. Saat itulah aku sadar, mereka benar-benar mencintaiku seburuk apapun kelakuanku. Aku menangis di kamar, menangisi segala tindakan ceroboh tak bermoral yang kulakukan di masa lalu. Aku menyadari atu hal : cinta orangtua tak terhingga sepanjang masa.
Aku berjanji pada diri sendiri agar tak melakukan perbuatan itu lagi, terutama bermain Game On-line. Hingga sekarang aku jarang berhadapan dengan komputer berisi game seru tersebut. Tapi akhir-akhir ini aku kembali menjalani rutinitas dalam permainan itu, hanya saja tak terlalu sering.

Ya, begitulah!

0 komentar:

Posting Komentar