Minggu,
08 Januari 2012
“Dear diary”? Hmm, untuk yang satu itu
aku kurang setuju. Lagipula aku ini laki-laki, apa kata dunia kalau aku
mengucapkan kalimat mengerikan itu?
Jadi bagian itu akan kulewati!
Aku memulai cerita ini dengan prakata
membosankan. Ya, selalu memulai segalanya melalui pendekatan bertele-tele. Tapi
percayalah, kisahku ini seratus persen benar adanya. Pengalaman ini didasari
atas kebodohanku akan hal yang kuanggap baru dan mengasyikkan.
Berawal dari kebencianku akan guru
bahasa indonesia yang suka memojokkanku. Ia memberikan tugas kepada
murid-muridnya berupa musikalisasi puisi. Puisi dijadikan sebuah lagu kreasi
sendiri, sangat membebaniku yang saat itu masih kurang daya imajinasi. Kemudian
sebuah pemikiran gila muncul.
Temanku menganjurkan agar kita membolos
bersama. Saat itu kami sedang digandrungi demam Game On-line, jadi kegiatan
membolos kami akan diisi dengan bermain sepuasnya di warnet. Ternyata ia juga
membenci tugas itu! Setelah kupikir-pikir, ada benarnya juga perkatannya. Ia
menganggap idenya barusan cuma gurauan. Tapi aku terlanjur menyetujui pendapat
itu.
Akhirnya pada hari jum’at, kami berdua
membelok ke jalan lain menuju warnet tempat kami menghabiskan waktu membolos.
Begitulah kesenangan semu itu berlarut
dan tak dapat dihentikan sehingga dalam catatan presensi, kami telah membolos
kurang lebih hampir sebulan! Namun kami tak jera juga, bahkan kami juga
mengajak teman lain untuk mengikuti jejak hitam kami. berkali-kali peringatan
dilontarkan dari guru BP, akan tetapi hiburan memabukkan itu telah menutup mata
hatiku hingga membuat akal sehatku tumpul. Tak segan aku mencuri sejumlah uang
dari orangtua dan entah berapa kali aku memakai mulut ini untuk membohongi
mereka.
Kemudian datanglah hari itu!
Waktu itu hari rabu. Aku dan temanku
kembali membolos dengan alasan malas mengikuti pelajaran tambahan di pagi hari.
Mengetahui bahwa kami kembali absen, guru BP tak segan-segan menelepon orangtua
kami, dan kebetulan yang dia telepon itu adalah orangtuaku! Karena takut
ketahuan, apalagi guru kami tahu letak warnetnya, kami melancarkan aksi mengumpet.
Butuh sekitar lima jam kami menyembunyikan diri. setelah memastikan bahwa
mereka gagal, kami pun kembali melanjutkan aktivitas membolos kami.
Sekitar pukul dua belas lebih, aku
pulang. Tiba-tiba ibuku melabrakku. Ternyata informasi salah sau temanku yang
tadi masuk sekolah benar adanya. Ibuku baru saja mencariku di sekolah! Aku
dimarahi habis-habisan, suara ibu sangat tegas dan tepat mengenai lubuk hatiku.
Ketika ayah pulang, ibu menceritakan semuanya, segala perbuatan bodohku itu.
Dan giliran ayahlah yang menasihatiku. Alangkah terkejutnya aku, melihat ayah
yang cenderung menasihati penuh tanpa sedikitpun mengeluarkan aura marah atau
benci. Ibuku pun sama, tajam di mulut tapi penuh perhatian di dalam hati.
Beberapa hari setelah itu, kedua
orangtuaku bersikap seperti biasa. Mereka telah melupakan bahwa anaknya telah
mencoreng muka keluarga. Saat itulah aku sadar, mereka benar-benar mencintaiku seburuk
apapun kelakuanku. Aku menangis di kamar, menangisi segala tindakan ceroboh tak
bermoral yang kulakukan di masa lalu. Aku menyadari atu hal : cinta orangtua
tak terhingga sepanjang masa.
Aku berjanji pada diri sendiri agar tak
melakukan perbuatan itu lagi, terutama bermain Game On-line. Hingga sekarang
aku jarang berhadapan dengan komputer berisi game seru tersebut. Tapi
akhir-akhir ini aku kembali menjalani rutinitas dalam permainan itu, hanya saja
tak terlalu sering.
Ya, begitulah!
0 komentar:
Posting Komentar