April 10, 2012

Heroes of The Valley [Review]

Heroes of the ValleyHeroes of the Valley by Jonathan Stroud

My rating: 4 of 5 stars


Satu lagi karya dari Jonathan Stroud yang penuh petualangan dan sarat akan pengembangan jati diri. Hmm, keterlaluan juga ya, buku yang hanya bisa diselesaikan selama dua hari, malah membengkak jadi sebulan lebih. Tapi pada akhirnya, setiap kisah yang ditorehkan dalam buku bersampul merah ini (edisi Indonesia) berhasil kulumat habis hingga tak bersisa!



Oke, kita mulai dengan alur ceritanya!



Novel ini mengangkat kisah dua tokoh yang ditulis dalam sudut pandang sama dengan gaya cerita yang berbeda. Tokoh pertama ialah Svein, seorang pahlawan yang memiliki kemampuan bertarung yang hebat. Bakatnya itu telah berkembang sejak kecil. Di usianya yang menginjak dewasa, ia melindungi dan membangun klannya dari perseteruan dengan para pahlawan lain. Hingga pada akhirnya, ia bersama kesebelas pahlawan lain bertarung mati-matian melawan para Trow (monster rawa) yang kejam nan buas untuk melindungi klan mereka. Kisahnya diutarakan mulai ia lahir hingga kematiannya, dan diceritakan pada awal per bab hingga bab terakhir. Namun kisahnya hanyalah selingan dalam novel ini. Tokoh yang menjadi sorot utama dalam novel ini adalah seorang anak laki-laki, dari klan Svein.




Bernama lengkap Halli Sveinsson. Semenjak kecil, ia diasuh oleh perempuan tua, Katla, yang dengan penuh kasih sayang merawatnya. Ia juga mendapat ilmu sejarah tentang kepahlawanan Svein, pendiri klannya, dari pengasuhnya itu. Kehidupannya berlangsung buruk. Ibunya, Astrid Sveinsson, seorang penegak hukum klan, juga mengajarkan hal yang sama dengan katla, meski kedengarannya agak membosankan. Sementara ayahnya, Arnkel Sveinsson, sang pemimpin klan, mengatur klan Svein dengan caranya sendiri. Ia juga memiliki saudara bernama Leif, abangnya, dan Gudny. Tapi lebih dari itu, ia dicap oleh para penduduk Svein sebagai biang onar. Mereka membenci Halli atas tingkah lakunya yang brutal dan bikin masalah, bahkan keluarganya pun turut membencinya. Mereka beranggapan bahwa yang membuat Halli menjadi demikian ialah Brodir, Adik Arnkel, paman Halli.



Dari semua anggota klan, Hanya Katla dan Brodirlah yang begitu menyayanginya. Setiap malam, Halli selalu mendengarkan kisah Svein dari pamannya, dan itu membuat semnagatnya membuncah. ia ingin seperti Svein, menjadi pahlawan bagi klan. Hubungan dekat mereka berdua semakin menguatkan kebencian keluarga Arnkel kepada Brodir.



Pada suatu hari, Klan Hakon berkunjung ke hlan Svein sebagai acara pertemuan resmi dalam rangka persahabatan antarklan. Pertemuan dilangsungkan di balairung Svein, dan berjalan sangat mengecewakan. Di tengah-tengah pertemuan, mereka saling adu mulut akibat pemicu utama yang dilakukan Brodir kepada pemimpin klan Hakon, Hord Hakonsson, yaitu mengejek putra semata wayang Hord, Ragnar Hakonsson. Makian dan cemoohan berlangsung cukup lama, hingga akhirnya membengkak menjadi pertarungan yang ganas. pertemuan berakhir dengan wajah bersungut-sungut dan keheningan mencekam. Begitu Klan Hakon keluar balairung, Brodir langsung mendapat teguran pedas dari kakak serta istri kakaknya. Namun ia tidak peduli, ia berlenggang keluar dengan sempoyongan karena mabuk.



Esoknya, ketika Halli pergi ke kamar mandi, ia tak sengaja mencuri dengar pembicaraan antara Brodir dengan Hord, Ragnar, dan Olaf; pembicaraan tiga lawan satu. Awalnya Brodir mencaci maki ketiga anggota Hakon, dan itu menyulut kemarahan ketiganya sehingga Olaf, adik Hord, maju lalu membunuhnya. Melihat kejadian tragis itu, Halli bergegas masuk ke istal kuda, tempat percakapan itu berlangsung, kemudian berusaha melawan, namun sia-sia. Ia ditinggal dalam keadaan kesakitan sementara ketiga anggota klan Hakon melarikan diri dengan berkuda. Saat itulah kemarahan Halli memuncak, ia ingin membalas dendam kematian pamannya.



Tanpa sepengetahuan keluarga dan anggota lain, halli pergi menuju ke klan Hakon sambil menguatkan tekadnya. Dalam perjalanan, ia menginap di rumah seoang tua bernama Snorri, yang mengaku orang independen, dalam artian menganggap dirinya bukan anggota klan manapun; membunuh seorang pedagang dari klan Eirik, Bjorn Eirik, dan dikejar-kejar oleh para penduduk klan Eirik atas kelakuannya. Pada akhirnya ia sampai di kediaman klan Hakon, dan berhasil membunuh Olaf meski benaknya berkecamuk setelah menelan perkataan Olaf sebelum ia mati terbakar. kebakaran itu - yang menghanguskan balairung Hakon - memicu kemarahan dari klan pemimpin klan. Mereka mengejar penyusup yang telah membakar balairung mereka, tapi usaha mereka gagal.



Sementara itu, Halli kembali ke klannya dibantu oleh putri klan Arne, Aud Arnesson. ia akhirnya kembali dengan selamat walau ia disambut dengan kegarangan para penduduk klan akibat tindakannya yang sembrono.



Cerita terus berlanjut, dengan sidang atas kematian Brodir oleh pembunuhnya dari klan Hakon, dan sampai pada pertarungan dahsyat antara kedua klan. Halli, yang merasa bertanggung jawab atas kekacauan tersebut, mencoba sebisa mungkin melindungi klannya, bersama Aud. Dan cerita berakhir saat mereka berdua berjuang melawan sosok misterius yang diyakini sebagai pendiri klan Svein.



Pada awal cerita, aku sangat menikmati setiap detail tempat, suasana, dan alurnya yang lurus serta penuturan sang penulis saat menggambarkan sesuatu seperti ekspresi dalam hati si tokoh maupun dalam benaknya. Detailnya cukup mengesankan sehingga seolah pembaca dapat merasakan langsung bagaimana kondisi klan di situ, bahkan bisa berinteraksi dengan tokohnya melalui pemikiran dan perasaan mereka. Konflik yang diangkat cukup bagus, dengan sifat-sifat masing-masing anggota klan yang egois serta mengagungkan klannya secara berlebihan. Namun terkadang penggambaran yang diejawantahkan melalui ungkapan tulisan itu terlalu panjang, malah ada beberapa yang bisa dipangkas sedemikian rupa sehingga menjadi singkat namun mampu dipahami oleh pembaca.



Kekurangan dalam novel ini ada pada adegan pertarungannya. Sungguh, aku perlu mencerna setiap tulisan yang tertera dalam tiap halamannya. Dan tetap saja, aku masih belum memahami bagaimana pertarungan itu berlangsung. Lalu yang paling parah adalah pada akhir cerita, dimana halli dan Aud bertarung dengan tulang-belulang pamannya serta pendiri klan. Kukira mereka akan bertarung dengan Trow, yang dianggap sudah musnah setelah dibantai oleh para pahlawan, ternyata memang benar; Trow memang sudah menghilang. Itu membuatku sanat kecewa, di saat tokoh utama percaya bahwa trow masih ada, si penulis membalikkan anggapan tersebut dengan menggantinya sebagai mayat orang-orang mati. Sangat, sangat kecewa!



Meski begitu, aku tetap kagum akan karya Jonathan Stroud yang satu ini. sifat heroik para pahlawan lembah begitu menginspirasi. Yaa, semoga karya berikutnya semakin hebat dan keren, lebh-lebih jika yang diungkapkan adalah yang berbau Fantasy!   





View all my reviews

0 komentar:

Posting Komentar