Februari 04, 2012

Florentina

    “Hei pelayan, ambilkan aku segelas Beer!”
  
    “Baik, tuan!” jawab wanita itu dengan suara riangnya. Sambil membawa beberapa pesanan para pelanggan, ia meliuk menyusuri setiap jengkal kursi sambil meletakkan minuman-minuman yang diletakkan di atas nampan yang dibawanya. Tubuhnya bak belut bergoyang, langsing nan lincah saat beranjak dari meja ke meja, menawarkan sekaligus mengantar permintaan para pria. Ia menjadi sorotan semua pria di kota itu semenjak menjadi pelayan serbabisa di kedai itu.
  
    Ia jadi primadona kaum adam.
   
    “Kau terlihat sangat cantik, Lorent!”
   
    “Apapun gayamu, kau tetap indah di mataku.”
   
    “Manis, segelas cintamu membuatku mabuk kepayang.”
   
    “Terima kasih.” Begitulah kata-kata yang terpatri dalam mulutnya, dan langsung keluar begitu seseorang memujinya.
   
    Mengumbar senyuman. Pribadi yang hangat. Disayangi semua pelanggan. Diimpikan setiap pemburu asmara. Dambaan insan merana. Penghibur dikala duka. Pembawa kebahagiaan dunia.
   
    Namun, dibenci.... oleh dirinya sendiri...